SANG PROFESOR DARI WANUA LEMPONG BIOGRAFI WAHYUDDIN LATUNRENG
(Prof. Dr. Ir. Wahyuddin Latunreng, MM. MBA.)
Oleh: Ambo Tang Daeng Matteru
KATA PENGANTAR : Prof. Dr. Ir. Wahyuddin Latunreng, MM. MBA.
PROLOG : Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos., M.Si. (Bupati Wajo, 2019-2024)
EPILOG : Prof. Dr. Andi Sukri Syamsuri, S.Pd., M.Hum., QPOA.
(Wakil Rektor II Unismuh Makassar)
SUPPORT SYSTEM : Drs. Sudirman Sabang, MH. dan H. Asrul, MG.
(YBW Team)
ISBN : …………………………………………………….
Diterbitkan Oleh:
LPPM Institut STIAMI
Anggota IKAPI : No. 634/Anggota LuarBiasa/SKI/2024
Tebal Halaman : 247
Ukuran: 247 halaman ; 21 x 15 cm
Redaksi : Jl. Pangkalan Asem No. 55 Jakarta Pusat
Website : https://stiamipress.stiami.ac.id/
Email : [email protected] / [email protected]
Cetakan Pertama, September 2024
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
Bagi seorang anak manusia yang mengetahui dirinya merupakan pewaris suatu prestasi bernilai dari leluhurnya maka dia akan mempersiapkan diri dengan belajar lebih banyak dan lebih baik, bekerja lebih rajin dan lebih serius, lalu hidup lebih berakhlak atau berbudi pekerti mulia dalam pikiran, sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan sehari-hari.
Wahyuddin Latunreng adalah salah seorang anak manusia yang terpilih memikul beban warisan penting dan berat seperti itu. Betapa tidak, dari garis keturunan bapak maupun dari garis keturunan ibu, tokoh yang diurai dalam buku biografi ini, memiliki darah;
- Penguasa, dari Petta La Giling, Arung Lempong Ke-1, abad ke-16;
- Ulama, dari Syech H. Latu alias Puang Datok, seorang muballigh, abad ke-17;
- Pengusaha, dari Puang La Useng/Husain, pedagang antar pulau sekitar abad ke-18;
- Intelektual, dari Opu Balirante, cerdik cendekia Pakkatenni Ade’ dari Negara Kerajaan Luwu;
- Kesatria, dari Petta Cella, seorang Pendekar Perang dari Wanua Gilireng, sekitar abad ke-19.
Oleh karena tanggungjawab darah yang harus ditebus dengan prestasi besar dan nyata, Wahyuddin Latunreng yang baru sepantaran usia 5 tahun, diluar kesadarannya, rela meninggalkan Wanua Lempong, tanah tumpah darahnya, keterpenuhan belai kasih sayang orang tuanya, merantau melanjutkan pendidikan ke Pompanua, ibukota Afdeling Bone. Sang tokoh lalu ke Ujungpandang, kemudian ke Jakarta melabuhkan juang hingga menjadi sosok teladan dan kebanggaan masyarakat, keluarga dan leluhurnya.
Bagaimana Prof. Dr. Ir. Wahyuddin Latunreng, MM. MBA. bisa membuktikan dirinya bukan hanya sekedar “Abbijang” (keturunan biologis), melainkan sebagai “Abbatireng” (keturunan ideologis), bisa dirunut dalam buku biografi ini: “Sang Profesor dari Wanua Lempong: Biografi Wahyuddin Latunreng”.